Pengertian Puisi, Ciri-ciri, Unsur-Unsur, Struktur, Jenis-Jenis Puisi

Pengertian Puisi, Ciri-ciri, Unsur-Unsur, Struktur, Jenis-Jenis Puisi - Hallo sahabat Info Ndeso, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Pengertian Puisi, Ciri-ciri, Unsur-Unsur, Struktur, Jenis-Jenis Puisi, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel BAHASA INDONESIA, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Pengertian Puisi, Ciri-ciri, Unsur-Unsur, Struktur, Jenis-Jenis Puisi
link : Pengertian Puisi, Ciri-ciri, Unsur-Unsur, Struktur, Jenis-Jenis Puisi

Baca juga


Pengertian Puisi, Ciri-ciri, Unsur-Unsur, Struktur, Jenis-Jenis Puisi





Pengertian Puisi

Puisi adalah bentuk karya sastra dari hasil ungkapan dan perasaan penyair dengan bahasa yang terikat irama, matra, rima, penyusunan lirik dan bait, serta penuh makna.
Pengertian Puisi Menurut Para Ahli
  • Herman Waluyo: Karya sastra tertulis yang paling awal ditulis oleh manusia.
  • Sumardi: Karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif).
  • Herbert Spencer: Bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan keindahan. 

Unsur-unsur puisi
Unsur-unsur puisi meliputi struktur fisik dan struktur batin puisi.
Struktur fisik puisi terdiri dari:

  • ·   Tipografi, yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
  • ·        Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
  • ·        Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
  • ·    Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indra yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata konkret “salju" melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dan lain-lain. Sedangkan kata konkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dan lain-lain.
  • ·   Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas.
  • ·    Rima/Irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup:
1.     Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.)
2.   Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya
3.    Pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

Struktur batin puisi terdiri dari:
·         Tema/makna (sense), media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
·         Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
·         Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dan lain-lain.
·         Amanat/tujuan/maksud (intention), yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca.

Jenis-jenis Puisi
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain:
·         Jumlah kata dalam 1 baris
·         Jumlah baris dalam 1 bait
·         Persajakan (rima)
·         Banyak suku kata tiap baris
·         Irama
Ciri puisi lama:
·         Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
·         Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
·         Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Contoh : Mantra, Pantun, Karmina, Seloka, Gurindam, Syair, dan Talibun.

Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Ciri-ciri Puisi Baru:
·         Bentuknya rapi, simetris;
·         Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
·         Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
·         Sebagian besar puisi empat seuntai;
·         Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
·         Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar): 4-5 suku kata.
Contoh : Balada, Himne, Ode, Epigram, Romansa, Elegi, dan Satire.
Puisi Kontemporer
Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata yang makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambang intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.



Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Puisi
               http://www.artikelsiana.com



Demikianlah Artikel Pengertian Puisi, Ciri-ciri, Unsur-Unsur, Struktur, Jenis-Jenis Puisi

Sekianlah artikel Pengertian Puisi, Ciri-ciri, Unsur-Unsur, Struktur, Jenis-Jenis Puisi kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang sedang membaca artikel Pengertian Puisi, Ciri-ciri, Unsur-Unsur, Struktur, Jenis-Jenis Puisi dengan alamat link halaman https://tutorwow.blogspot.com/2018/04/pengertian-puisi-ciri-ciri-unsur-unsur.html

0 Response to "Pengertian Puisi, Ciri-ciri, Unsur-Unsur, Struktur, Jenis-Jenis Puisi"